upacara mambadak anak
U. UPACARA MAMBADAK ANAK
Upacara mambadak anak tidak sama pekasanaannya di setiap nagari atau daerah. Upacara mambadak anak yaitu memandikan anak bayi dibawa ke tempat pemandian umum seperti pincuran atau tepian oleh induek bako yang diiringi oleh keluarga dari pihak ayah dan ibu. Pihak keluarga ayah datang bersama dengan arakan ke rumah anak dengan membawa bawaan (buah tangan) sebagai berikut :
1. Carano yang diisi sirien pinang selengkapnya dan uang sebanyak
delapan uang. Yang dimaksud dengan "delapan uang" ialah delapan mata uang yang masih berlaku dengan nilai nominal yang berbeda, seperti uang seratus ribu, lima puluh ribu, dua puluh ribu, sepuluh ribu, lima ribu, seribu, lima ratus dan dua ratus
rupiah. 2. Nasi bujang yang dihiasi dengan anting-anting dan diisi dengan
beras. 3. Nasi kunyit balingka kain panjang, kain diberikan sebagai alat
pendukung bayi. Nasi kunyit melambangkan bahwa bila si bayi sudah dewasa nanti dia tidak akan kuning oleh kunyit, tidak enak karena santan, yang berarti si anak nanti akan menjadi seorang
yang mampu bertutur kata benar nan menghukum adil. 4. Beras berandang yang dilingkari kelapa cungkil serta pamuro
lengkap, dengan maksud si anak tidak mudah diserang penyakit. 5. Pakaian lengkap serta dilengkapi dengan alat untuk berhias serta
alat untuk belajar seperti buku tulis, pena/pensil dan sebuah Al
Quran supaya anak tahu dengan adat dan agama. 6. Diiringi dengan jamba seperti beras di dulang, kueringan
pinyaram, kambaloyang, ampiang, pisang dan lain-lain. Arak-arakan ini dimeriahkan dengan bunyi-bunyian talempong
dan diikuti oleh mamak, niniek mamak, bapak, ipar dan bisan. 7. Setelah sampai di rumah anak yang akan dibadak tersebut, maka
bawaan serta rombongan yang datang diantar dengan
persembahan pidato adat dari pihak bako dan pihak ibu (mamak dari anak yang dibadak).
Selesai acara persembahan pidato adat barulah dilaksanakan acara mambadak anak.
Upacara Mambadak
Anak bersama orang tuanya (ibunya) dibawa keluar rumah ke tempat pemandian umum atau pincuran oleh dukun yang diiringi oleh keluarga dari pihak ayah dan ibu dengan menyalakan obor (sulueh) yang dibuat dari potongan kayu yang dibakar serta dilengkapi dengan limau sapalimauan.
Selesai dimandikan oleh dukun, anak dibawa pulang yang didukung oleh salah seorang bako yang hadir, sesampai di rumah, setiba di tangga ditanya oleh salah seorang bako yang tidak ikut ke tempat mandi :
Ameh satayie duo tayie, ameh sapao duo pao, si
Upiek/buyuang pulang dari aie, apo-apo nan tabao. Dijawab oleh bako yang membaawa anak pulang dari mandi:
Yarg buruk yang kotor sudah tinggal di air, yang baik dan bersih yang dibawa pulang.
Setelah tiba diatas rumah, anak diasapi dengan perasapan berupa bulu ayam yang dibakar, dengan maksud supaya anak tahan tapo. Kemudian diwiridkan, dipotong kukunya dengan sembilu tebu udang, rambut digunting dengan gunting biasa. Guntingan rambut dan kuku dimasukkan kedalam air limau yang telah disediakan, selanjutnya dibuang/dihanyutkan ke sungai atau bandar, dengan maksud membuang segala penyakit/bala yang akan menimpa si anak kelak. Si anak diwiridkan, dihias, diberi makan dan minum menurut tata cara adat dan agama, kemudian ditutup dengan doa. Upacara mambadak anak selesai dilaksanakan.